Senin, 11 Mei 2015

Pahlawan Republik Indonesia dari Aceh (Teuku Umar)

TEUKU UMAR GUGUR

Pada waktu itu Kapten Yong Keiyer beserta anak buahnya itu menghujani peluru di daerah pemukiman Teuku Umar. Banyak sudah yang terkena sasaran peluru. Walaupun sudah banyak yang berlindung untuk menghindari peluru dari serdadu-serdadu Belanda dan terdengar suara “Allahu Akbar, Allahu Akbar” dari penduduk pemukiman itu. Sambil menghindar dan terus bergerak maju karena terus diperintahkan bergerak maju, membalik, dan terus menyerang pasukan Kapten Yong Keiyer dan mendengarkan aba-aba dari Teuku Umar.


“Maju......maju...........serang.............maju........!” dari rakyat Aceh dan dari beberapa penjuru, mengkalang kabutkan siasat Kapten Yong Keiyer. Banyak yang tidak mengetahui kedatangan gerilya yang menyerang serdadu-serdadu sampai ke bentengnya dan merebut senjata. Dari senjata rampasan itulah rakyat Aceh melawan serangan senjata. Pasukan yang ada dibawah pimpinan Teuku Umar mendapat kemenangan yang gilang gemilang karena mendapat senjata yang banyak dan dapat juga merampas gudang senjata dan peluru-peluru Belanda (Dutch).


Kemudian teman-teman,
Kapten Yong Keiyer kembali ke benteng diikuti oleh Letnan De Vrong dan segera melapor kepada Mayor De Groot bahwa gerilya dapat merampas depo senjata yang ada di sektor B. Kata Mayor De Groot “Kapten, apakah kerja Kapten?”. Padahal Kapten sudah dibantu oleh artileri yang cukup tangguh dan kenapa Kapten tidak bisa menangkap salah seorang Panglima dari orang Aceh? mengapa kamu kalah dengan soldat dari pribumi? Apakah gunanya pendidikanmu dari Akademi Militer, hah...?

“Ya..Mayor, saya merasa kalah. Kesalahan saya akan saya tebus. Sekali lagi saya mohon izin akan kembali ke sektor A dimana Teuku Umar mempertahankan daerah itu. Saya mohon izin, akan saya hajar habis-habisan Teuku Umar itu beserta anak buahnya”. Kata Kapten dengan tegas.


Setelah berkata demikian, Kapten bersama anak buahnya itu pergi ke tengah hutan. Ia melihat para panglima sedang membakar benteng markas pertahanan Belanda yang didirikan di sektor-sektor tertentu. Teuku Umar yang mengacau sektor E bertemu dengan Letnan De Yong Komandan Sektor E yang tidak melaksanakan perintah dari Kapten Yong Keiyer. Kapten Yong Keiyer pun memerintahkan Kompi Sektor A sampai sektor E untuk mengepung pertahanan Teuku Umar. Sektor A dibawah pimpinan Letnan De Vrong, sektor B dibawah pimpinan Letnan De Vogel, sektor C dibawah pimpinan Letnan De Yong, Sektor D dibawah pimpinan Letnan Hans dan sektor E dibawah pimpinan Letnan Karel.

Teuku Umar mengambil selendang kuningnya dan mengenakannya dibadannya dan bertindak sebagai Panglima perang. Dan memanggil semua hulu balang-hulu balang agar siap sedia, “hei, hulu balang-hulu balang, Belanda mau menyerang lagi bagaimana ini Dinda Cut Nyak Dhien, apa yang harus kita perbuat? Belanda marah karena senjatanya kita rebut”. Kata Teuku Umar kepada istrinya yang selalu mendampinginya.

“Kanda, jangan berkecil hati, kita harus mengatur siasat menggunting markas. Coba kanda ingat dan pikir-pikir dulu, bahwa dalam pertempuran Belanda ini selalu menggunakan siasat kepung. Kita harus bela bumi Aceh ini dari Belanda. Ini tidak bisa dibiarkan kanda..semboyan kita, lebih baik kita mati berkalang tanah daripada hidup bercermin bangkai,” kata Cut Nyak Dhien. “Wahai dinda, saya sependapat dengan dinda juga, bumi Aceh ini, harus kita bela dengan cucuran darah yang penghabisan”. Sahut Teuku Umar.
“Hei para hulubalang dan para Panglimaku..Perhatikanlah tugasmu masing-masing!! Sektor E berada dibawah pimpinan Teuku Daud, sektor D dibawah pimpinan Teuku Amir, sektor C dibawah pimpinan Teuku Umar, sektor B dibawah pimpinan Cut Mutia dan sektor A dibawah pimpinan Cut Nyak Dhien, dan saya berada digaris paling depan melawan Kapten Yong Keiyer.”

Pada hari itu terjadilah perang yang sangat dahsyat. Kapten mengeluarkan peluru yang sangat banyak dan secara kebetulan Teuku Umar pun sedang menyerang pasukan dari Belanda. Pada saat itu ia kurang waspada, Kapten yong Keiyer mengetahui bahwa Teuku Umar adalah panglima yang paling ditakuti Belanda, maka dibidikkanlah senapannya dan diarahkan kepada Teuku Umar. DOR.....DOR.....DOR..... Teuku Umar terkena peluru di dada dan kepalanya. Ia pun gugur sebagai ratna.

Cut Nyak Dhien menangis melihat suaminya telah gugur itu. Ia pun memegang selendang kuning itu yang bernodakan darah suaminya. Setelah jenazah Teuku Umar dikebumikan Cut Nyak Dhien masih menangis. Panglima Polem tidak mau putri pahlawan itu dihentikan tangisannya. Srikandi Aceh ini walau kelihatannya gagah berani tetapi hasrat kewanitaannya itu yang lemah lembut, berbudi luhur, dan cinta kasihnya kepada suaminya iu tidak bisa dihilangkan begitu saja. Semuanya masih membekas dalam hati sanubarinya. Tetapi setelah dipikir panjang semuanya diserahkan kepada Yang Maha Kuasa. Hatinya menjadi terang kembali. Darah juangnya mengalir kembali. Maksud perjuangannya hendak melawan Belanda diteruskan kembali. Sesudah para hulu balang dan para Panglima setuju itu dimulainya peperangan terjadilah perang yang seru antara putra Aceh dengan Belanda.

Kesimpulannya adalah :
“Cut Nyak Dhien adalah pahlawan Indonesia dan Teuku Umar bersama kawan-kawannya juga, mereka sangat berjasa bagi Aceh. Mereka yang membuat Aceh ini merdeka!”


TERIMAKASIH PAHLAWAN-PAHLAWAN ACEH!!!!!!!!!!!!!

0 komentar:

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net