TEUKU
UMAR GUGUR
Pada
waktu itu Kapten Yong Keiyer beserta anak buahnya itu menghujani peluru di
daerah pemukiman Teuku Umar. Banyak sudah yang terkena sasaran peluru. Walaupun
sudah banyak yang berlindung untuk menghindari peluru dari serdadu-serdadu Belanda
dan terdengar suara “Allahu Akbar, Allahu Akbar” dari penduduk pemukiman itu.
Sambil menghindar dan terus bergerak maju karena terus diperintahkan bergerak
maju, membalik, dan terus menyerang pasukan Kapten Yong Keiyer dan mendengarkan
aba-aba dari Teuku Umar.
“Maju......maju...........serang.............maju........!”
dari rakyat Aceh dan dari beberapa penjuru, mengkalang kabutkan siasat Kapten
Yong Keiyer. Banyak yang tidak mengetahui kedatangan gerilya yang menyerang
serdadu-serdadu sampai ke bentengnya dan merebut senjata. Dari senjata rampasan
itulah rakyat Aceh melawan serangan senjata. Pasukan yang ada dibawah pimpinan
Teuku Umar mendapat kemenangan yang gilang gemilang karena mendapat senjata
yang banyak dan dapat juga merampas gudang senjata dan peluru-peluru Belanda (Dutch).
Kemudian
teman-teman,
Kapten
Yong Keiyer kembali ke benteng diikuti oleh Letnan De Vrong dan segera melapor
kepada Mayor De Groot bahwa gerilya dapat merampas depo senjata yang ada di
sektor B. Kata Mayor De Groot “Kapten, apakah kerja Kapten?”. Padahal Kapten
sudah dibantu oleh artileri yang cukup tangguh dan kenapa Kapten tidak bisa
menangkap salah seorang Panglima dari orang Aceh? mengapa kamu kalah dengan
soldat dari pribumi? Apakah gunanya pendidikanmu dari Akademi Militer, hah...?
“Ya..Mayor,
saya merasa kalah. Kesalahan saya akan saya tebus. Sekali lagi saya mohon izin
akan kembali ke sektor A dimana Teuku Umar mempertahankan daerah itu. Saya
mohon izin, akan saya hajar habis-habisan Teuku Umar itu beserta anak buahnya”.
Kata Kapten dengan tegas.
Setelah
berkata demikian, Kapten bersama anak buahnya itu pergi ke tengah hutan. Ia
melihat para panglima sedang membakar benteng markas pertahanan Belanda yang
didirikan di sektor-sektor tertentu. Teuku Umar yang mengacau sektor E bertemu
dengan Letnan De Yong Komandan Sektor E yang tidak melaksanakan perintah dari
Kapten Yong Keiyer. Kapten Yong Keiyer pun memerintahkan Kompi Sektor A sampai
sektor E untuk mengepung pertahanan Teuku Umar. Sektor A dibawah pimpinan
Letnan De Vrong, sektor B dibawah pimpinan Letnan De Vogel, sektor C dibawah
pimpinan Letnan De Yong, Sektor D dibawah pimpinan Letnan Hans dan sektor E
dibawah pimpinan Letnan Karel.
Teuku
Umar mengambil selendang kuningnya dan mengenakannya dibadannya dan bertindak
sebagai Panglima perang. Dan memanggil semua hulu balang-hulu balang agar siap
sedia, “hei, hulu balang-hulu balang, Belanda mau menyerang lagi bagaimana ini
Dinda Cut Nyak Dhien, apa yang harus kita perbuat? Belanda marah karena
senjatanya kita rebut”. Kata Teuku Umar kepada istrinya yang selalu
mendampinginya.
“Kanda,
jangan berkecil hati, kita harus mengatur siasat menggunting markas. Coba kanda
ingat dan pikir-pikir dulu, bahwa dalam pertempuran Belanda ini selalu
menggunakan siasat kepung. Kita harus bela bumi Aceh ini dari Belanda. Ini
tidak bisa dibiarkan kanda..semboyan kita, lebih baik kita mati berkalang tanah
daripada hidup bercermin bangkai,” kata Cut Nyak Dhien. “Wahai dinda, saya
sependapat dengan dinda juga, bumi Aceh ini, harus kita bela dengan cucuran
darah yang penghabisan”. Sahut Teuku Umar.
“Hei
para hulubalang dan para Panglimaku..Perhatikanlah tugasmu masing-masing!!
Sektor E berada dibawah pimpinan Teuku Daud, sektor D dibawah pimpinan Teuku
Amir, sektor C dibawah pimpinan Teuku Umar, sektor B dibawah pimpinan Cut Mutia
dan sektor A dibawah pimpinan Cut Nyak Dhien, dan saya berada digaris paling
depan melawan Kapten Yong Keiyer.”
Pada
hari itu terjadilah perang yang sangat dahsyat. Kapten mengeluarkan peluru yang
sangat banyak dan secara kebetulan Teuku Umar pun sedang menyerang pasukan dari
Belanda. Pada saat itu ia kurang waspada, Kapten yong Keiyer mengetahui bahwa
Teuku Umar adalah panglima yang paling ditakuti Belanda, maka dibidikkanlah
senapannya dan diarahkan kepada Teuku Umar. DOR.....DOR.....DOR..... Teuku Umar
terkena peluru di dada dan kepalanya. Ia pun gugur sebagai ratna.
Cut
Nyak Dhien menangis melihat suaminya telah gugur itu. Ia pun memegang selendang
kuning itu yang bernodakan darah suaminya. Setelah jenazah Teuku Umar dikebumikan
Cut Nyak Dhien masih menangis. Panglima Polem tidak mau putri pahlawan itu
dihentikan tangisannya. Srikandi Aceh ini walau kelihatannya gagah berani
tetapi hasrat kewanitaannya itu yang lemah lembut, berbudi luhur, dan cinta
kasihnya kepada suaminya iu tidak bisa dihilangkan begitu saja. Semuanya masih
membekas dalam hati sanubarinya. Tetapi setelah dipikir panjang semuanya
diserahkan kepada Yang Maha Kuasa. Hatinya menjadi terang kembali. Darah
juangnya mengalir kembali. Maksud perjuangannya hendak melawan Belanda
diteruskan kembali. Sesudah para hulu balang dan para Panglima setuju itu
dimulainya peperangan terjadilah perang yang seru antara putra Aceh dengan
Belanda.
Kesimpulannya
adalah :
“Cut
Nyak Dhien adalah pahlawan Indonesia dan Teuku Umar bersama kawan-kawannya
juga, mereka sangat berjasa bagi Aceh. Mereka yang membuat Aceh ini merdeka!”
TERIMAKASIH
PAHLAWAN-PAHLAWAN ACEH!!!!!!!!!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar