Efektivitas
Penggunaan Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kelas VII SMP Negeri 2 pada Materi Ekosistem
Kelas VII SMP Negeri 2 pada Materi Ekosistem
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah upaya untuk
memanusiakan manusia. Sekolah adalah kelanjutan dari pendidikan di dalam
keluarga yang merupakan proses pendidikan paling utama dan alamiah. Pendidikan
yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu memberi kondisi mendidik yang
dapat mengembangkan pribadi, sikap, cara berfikir, cara menyikap permasalahan,
dan dapat memecahkan masalah secara metodologis. Pendidikan adalah investasi
masa depan. Pendidikan sains mempunyai potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya
manusia untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi.
Pendidikan sains (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman lansung dan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu mejelajahi dan memahami alam semesta secara ilmiah. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Djamarah (1994:21) bahwa “prestasi adalah hasil dari sebuah kegiatan yang dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu”.
Pendidikan sains (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman lansung dan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu mejelajahi dan memahami alam semesta secara ilmiah. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Djamarah (1994:21) bahwa “prestasi adalah hasil dari sebuah kegiatan yang dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu”.
Dari kutipan yang telah dikemukakan di atas jelaslah
bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar sangat berhubungan dengan kegiatan
yang dikerjakan. Rendahnya prestasi belajar siswa diduga kuat akibat motivasi,
minat dan aktifitas siswa dalam proses pembalajaran sangat rendah. Sehingga
terlihat siswa tidak pernah siap untuk menerima materi pembalajaran setiap
pertemuan sehingga suasana kelas cenderung pasif, sedikit sekali siswa yang
bertanya pada guru meskipun materi yang diajarkan belum dapat dipahami. Oleh
sebab itu diperlukan suatu metode, sarana dan prasarana untuk memfasilitasi
berlangsungnya proses pembelajaran yang diajarkan dengan baik dan menyenangkan
yaitu dengan adanya media di setiap proses belajar dan mengajar. Hamijaya yang
dikutip oleh Rohani, HM. (1997:2) mengemukakan bahwa media adalah semua bentuk
perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai
pada penerima.
Efektivitas sendiri secara harfiah diartikan sebagai
pengaruh dan mempunyai daya guna seta membawa hasil. Efektivitas berasal dari
kata efektif yang berarti tepat guna (KBBI, 2005:777). Sedangkan Mulyasa (2004:25)
mengemukakan bahwa efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil
mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan. Jadi
efektivitas adalah suatu hal yang dikenakan dengan waktu yang cepat dan tepat
kegunaannya, sedangkan efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
ketepatan penggunaan metode belajar pendidikan sains.
Tetapi masalahnya sampai saat ini masih ada guru yang
enggan menggunakan media dalam mengajar. Media merupakan keharusan dalam upaya
mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Di samping mampu menggunakan alat
yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat membuat media. Untuk itu guru
harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran. Berdasarkan
observasi penulis di lapangan, penggunaan media pembelajaran di kelas VII SMP
Negeri 2 tidak berjalan dengan baik.
Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran
terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 pada Materi Ekosistem”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimakah efektivitas
penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa kelas VII SMP
Negeri 2 pada materi ekosistem?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penggunaan media dalam meningkatkan pembelajaran
Sains
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi siswa dan guru.
1.4.1.
Meningkatkan prestasi dan hasil
belajar dengan menggunakan media pembelajaran.
1.4.2.
Dapat meningkatkan pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan media secara efektif.
1.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis
dalam penelitian ini adalah penggunaan media pembelajaran sangat efektif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa VII SMP Negeri 2.
1.6 Definisi Istilah
1.6.1.
Efektivitas
Efektivitas adalah pengukuran keberhasilan dalam pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditentukan
1.6.2.
Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga
dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik
1.6.3.
Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah pengusaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang
diperoleh siswa bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya.
1.6.4.
SMP Negeri 2
SMP Negeri 2 adalah sebuah Sekolah Tingkat Menengah Pertama yang
terletak di kecamatan XYZ.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1 Efektivitas
Efektivitas secara harfiah diartikan sebagai pengaruh dan mempunyai daya
guna serta membawa hasil. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti
tepat guna (KBBI, 2005:77).
Menurut Mulyasa (2004:25) efektivitas adalah bagaimana suatu
organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha
mewujudkan tujuan.
Hidayat (1996:23) menyatakan efektivitas adalah suatu ukuran
yang menyatakan seberapa jauh target telah tercapai (kuantitas, kualitas dan
waktu). Sedangkan Saksono (1994:31) menyatakan efektivitas adalah seberapa
besar besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan
dari sejumlah input.
Jadi efektivitas adalah suatu hal yang dikenakan dengan waktu yang cepat
dan tepat kegunaannya, sedangkan efektivitas yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah ketepatan penggunaan metode
belajar sains.
2.2 Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha,
seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam
bidang teknik. Ada beberapa definisi media pembelajaran. Hendriana (2008:12)
mengemukakan bahwa “Media secara harfiah yang berarti perantara sumber pesan
dengan penerima pesan”. Sardiman (2003:6) menyatakan bahwa “media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar”.
Sementara Briggs dalam Sardiman (2003:6) berpendapat bahwa “media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar”. Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2010:3) menyebutkan bahwa “media dalam
pembelajaran adalah alat-alat grafik, foto grafik, elektronik atau alat-alat
mekanik untuk menyajikan, memproses dan memperjelas informasi lisan atau
pandangan.”
Berdasarkan pendapat Gerlach dan Ely tersebut, dapat dikatakan bahwa
media pembelajaran adalah seluruh alat yang digunakan dalam proses pembelajaran
dengan tujuan memperjelas informasi yang disampaikan. Susilana dan Riyana
(2008:6) mengungkapkan media pembelajaran adalah:
1)
Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran.
2)
Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran
seperti buku. Film, video, slide, dan sebagainya.
3)
Sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi
perangkat kerasnya
Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru
untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan
abad ke-20 usaha pemanfaatan visual
dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu
audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau
media pembalajaran menjadi semakin luas interaktif, seperti adanya komputer dan
internet. Penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan
secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut multimedia.
Ada 5 fungsi pokok dari media dalam proses belajar-mengajar yang
dikemukakan oleh Sudjana (2002:99 – 100) :
(1) Penggunaan
media dalam proses belajar-mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi
mampunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujukan situasi belajar
yang efektif. (2) Penggunaan media merupakan bagian yang internal dari
keseluruhan situasi mengajar. (3) Media dalam pengajaran penggunaannya internal
dengan tujuan dan isi pelajaran dan (4) Media dalam pengajaran bukan
semata-mata hiburan atau sekedar pelengkap. Media dalam pengajaran lebih diutamakan
untuk mempercepat proses belajar-mengajar dan membantu siswa dalam menangkap
pengertian yang diberikan oleh guru.
2.3 Manfaat Media Pembelajaran
Dale dalam Arsyad (2002:23) mengemukakan manfaat media pembelajaran
adalah :
(1) Meningkatkan
rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas. (2) Membuahkan perubahan
signifikan tingkah laku siswa. (3) Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran
dan kebutuhan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar. (4) Membawa
kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa. (5) Membuat hasil belajar
lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa. (6) Melibatkan imajinasi dan
partisipasi siswa aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar siswa.
(7) Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan
seberapa banyak yang telah mereka pelajari. (8) Melengkapi pengalaman yang kaya
dengan konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan. (9) Memperluas wawasan
dan pengalaman siswa yang mencerminkan pelajaran nonverbalistik dan membuat
generalisasi yang tepat dan (10) Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan
pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem
gagasan yang bermakna.
Sudjana dan Rivai (2002:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam
perilaku siswa, yaitu :
1)
Pelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar
2)
Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga
dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pengajaran
3)
Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak
semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar
pada setiap jam pelajaran
4)
Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar
sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Pendapat lainnya dari Hamalik (1994:15) mengatakan manfaat media
pembelajaran sebagai berikut :
1)
Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir,
oleh karena itu mengurangi verbalisme
2)
Memperbesar perhatian siswa
3)
Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan
belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap
4)
Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa
5)
Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu terutama
melalui gambar hidup
6)
Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu
perkembangan kemampuan berbahasa
7)
Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan
cara lain dan membantu efesiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan beberapa manfaat praktis dari
penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1)
Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan
dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar
2)
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang
lebih langsung antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk
belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3)
Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera,
ruang dan waktu.
4)
Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa di lingkungan mereka, setta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungan misalnya
melalui karyawisata, dan kunjungan-kunjungan ke museum.
2.4 Macam-macam Media Pembelajaran
Klasifikasi media berdasarkan adanya tiga ciri yaitu suara (audio), bentuk (visual), dan gerak (motion)
diantaranya seperti di bawah ini:
2.4.1
Media audio-motion-visual,
yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan objek dapat dilihat. Media
semacam ini paling lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah
televisi, video tape, dan film
bergerak.
2.4.2
Media audio-still-visual,
yakni media yang mempunyai suara, objeknya dapat dilihat namun, tidak ada
gerakan seperti film stirp bersuara, slide bersuara, dan rekaman televisi
dengan gambar tidak bergerak (television
still recordings).
2.4.3
Media audio-semi
motion, mempunyai suara dan gerakan namun tidak dapat menampilkan suatu
gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari media jenis ini adalah papan tulis
jarak jauh dan tele blackboard.
2.4.4
Media motion-visual,
yakni media yang mempunyai gambar objek gerak, tapi tanpa mengeluarkan suara
seperti film bisu yang bergerak.
2.4.5
Media still-visual,
yakni ada objek namun tidak ada gerakan seperti film strip dan slide
tanpa suara.
2.4.6
Media audio,
hanya menggunakan suara seperti radio, telepon, dan audio tape.
2.4.7
Media cetak yang
ditampilkan dalam bentuk bahan tercetak atau tertulis seperti buku, modul, dan
pamplet (Brets dalam Ayip,2003:16).
2.5 Pembelajaran Sains di SMP
Prinsip
pembelajaran sains di SMP merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran, yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan mata pelajaran sains
yang diajarkan untuk meningkatan pembelajaran di sekolah dasar. Adapun
pembelajaran prinsip pembelajaran sains di SMP, seperti prinsip motivasi,
prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing), prinsip belajar sambil
bermain, prinsip hubungan sosial.
2.5.1
Prinsip motivasi : motivasi adalah daya dorong
seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Motivasi ada yang berasal dari
dalam atau intrinsik dan yang timbul akibat rangsangan dari luar atau
ekstrinsik. Motivasi intrinsik akan mendorong rasa ingin tahu, keinginan
mencoba, mandiri dan ingin maju.
2.5.2
Prinsip latar : pada hakekatnya siswa telah
memiliki pengetahun awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu
mengetahui pengetahuan, keterampilan dan pengalaman, apa yang telah dimiliki
siswa sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari suatu kekosongan.
2.5.3
Prinsip menemukan : pada dasarnya siswa memiliki
rasa ingin tahu yang besar sehingga potensial untuk mencari guna menemukan
sesuatu. Oleh karena itu bila diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi
tersebut siswa akan merasa senang atau tidak bosan.
2.5.4
Prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing) : Pengalaman yang
diperoleh melalui bekerja merupak hasil kerja yang tidak mudah terlupakan. Oleh
karena itu dalam proses belajar mengajar sebaiknya siswa diarahkan untuk
melakukan kegiatan atau “Learning by doing”.
2.5.5
Prinsip belajar sambil bermain : bermain
merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan.,
sehingga akan dapat mendorong siswa untuk dapat melibatkan diri dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan
suasana yang menyenangkan lewat kegiatan bermain yang kreatif.
2.5.6
Prinsip hubungan sosial : dalam beberapa hal
kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok. Dari
kegiatan kelompok siswa tahu kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh
kesadaran perlunya interaksi dan kerja sama dengan orang lain.
Dari prinsip-prinsip tersebut di atas nampak bahwa semuanya dalam rangka
menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga mereka akan
terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang penerapan prinsip-prinsip
tersebut diatas guru dalam mengelola pembelajaran perlu :
a.
Menyajikan kegiatan yang beragam sehingga tidak
membuat siswa jenuh.
b.
Menggunakan sumber belajar yang bervariasi,
disamping buku acuan.
c.
Sesekali dapat bekerjasama dengan masyarakat,
kantor-kantor, bank, dll sebagai sumber informasi yang terkait dengan praktek
kehidupan sehari-hari.
d.
Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar, karena belajar akan bermakna apabila berhubungan langsung pada
permasalahan lingkungan sekitar siswa.
e.
Kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran
atau dapat menolong proses pemikiran siswa dalam membangun pengetahuannya.
f.
Menciptakan suasana kelas yang menarik, misalnya
pajangan hasil karya siswa dan benda-benda lain, peraga yang mendukung proses
pembelajaran.
Beberapa kelemahan pembelajaran sains selama ini antara lain kurikulum
dan pembelajaran sains yang diterapkan saat ini merupakan pembelajaran yang
berorientasi pada disiplin ilmu (Mackinnu,1996). Materi yang diajarkan kepada
peserta didik lebih bersifat abstrak dan jauh dari pengalaman peserta didik.
Materi yang diajarkan peserta didik pada dasarnya merupakan materi yang
dipersiapkan untuk mengikuti pelajaran pada tahap berikutnya, konsekuensi dari
hal ini adalah timbulnya kerugian bagi peserta didik yang tidak mengikuti salah
satu tahap tersebut (dalam arti tidak meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi
lagi); metode pembelajaran yang digunakan sekarang masih mengandalkan ceramah
yang kadang kala disertai dengan percobaan verifikasi media yang sudah jadi dan
bahkan tidak menggunakan media yang tersedia. Dalam hal ini sebagian guru tidak
memperhatikan dan mengefektifitaskan media dalam pembelajaran. Akibatnya
peserta didik hanya pasif dan sulit untuk berkembang apalagi sampai pada
tingkat mental dan emosionalnya.
Keterkaitan antara konsep dan
teori dengan aplikasi pengalaman kehidupan sehari-hari sangat minim. Hal ini
menyebabkan cara pikir peserta didik menjadi rendah daya pemahamannya terhadap
pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, pembelajaran sains saat
ini masih sangat jauh dari peningkatan kreativitas dan keterampilan proses
sains. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, saat ini tidak atau belum
memberi kesempatan yang maksimal kepada pesertsa didik untuk mengembangkan
kreativitasnya. Dengan kata lain, pembelajaran sains masih (teacher centre
learning). Guru mengajar dengan gaya yang selalu memaksa peserta didik untuk
menghafal berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep tersebut.
Umumnya guru beranggapan bahwa mengajar itu suatu kegiatan menjelaskan dan
menyampaikan informasi tentang konsep-konsep. Jika penyampaian informasi telah disampaikan,
berarti kegiatan belajar mengajar telah selesai. Padahal, pemahaman konsep yang
terjadi pada peserta didik adalah hasil bentukan peserta didik sendiri, bukan
sebagai hasil transfer informasi dari guru.
2.6 Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya
menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responnya menjadi menurun.
Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar” prestasi berarti
hasil yang telah dicapai (Depdikbud, 1995:787). Bagi seorang siswa belajar merupakan
suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan
tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang belajar, yaitu:
1. Menurut
Logan dalam Tjundjing (2001:70) “belajar dapat diartikan sebagai perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan”.
2. Winkel
(1997:193) berpendapat bahwa “belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan
nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”.
3. Irwanto
(1997:105) berpendapat bahwa “belajar merupakan proses perubahan dari belum
mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu”.
4. Mudzakir
(1997:34) berpendapat bahwa “belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan
tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya”.
Di dalam
belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena
itu menurut Cronbach dalam Suryabrata (1998:231) “Belajar yang sebaik-baiknya
adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan
pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja,
tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”
Belajar
dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak
semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku
akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Syah, 2000:116) antara
lain:
1. Perubahan
intensional
Perubahan
dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan
secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan
dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.
2. Perubahan
positif dan aktif
Positif
berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai
dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari
sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya
usaha dari siswa yang bersangkutan.
3. Perubahan
efektif dan fungsional
Perubahan
dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa.
Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut
relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi
dan dimanfaatkan lagi.
Sedangkan pengertian prestasi menurut beberapa ahli lain yaitu :
1. Prestasi merupakan hasil yang
dicapai dari apa yang dikerjakan atas yang sudah diusahakan, sedangkan belajar
merupakan perbuatan untuk memperoleh kebiasaan ilmu pengetahuan dan berbagai
sikap. Hal ini termasuk penemuan cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu, dan
hal itu terjadi pada usaha-usaha individu dalam memecahkan rintangan-rintangan
atau untuk penyesuaian terhadap situasi yang baru. Untuk
mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan
perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi (Tu`u,
2003:75).
2. Winkel (1997:168) berpendapat bahwa proses belajar
yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya
perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa
terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui
prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya
dalam belajar.
3. Marsun dan Martaniah dalam Tjundjing (2000:71)
berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu
sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang
diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan
baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah
dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
4. Ratnawati (1996:206) yang dimaksud dengan prestasi
adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang.
Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai
oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor
sekolah.
Prestasi belajar sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang
diukur oleh IQ. Dalam menciptakan kondisi belajar yang optimal hingga siswa
belajar dengan baik dan menyebabkan hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang sumbernya berasal dari individu itu
sendiri, baik yang berkenaan dengan rohani maupun dengan jasmani. Faktor
internal ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
1.
Faktor fisiologis
Faktor fisiologi adalah faktor yang berhubungan dengan jasmani seseorang,
terutama tentang fungsi alat-alat indra karena panca indra merupakan bagian dari
jasmani seseorang yang sangat penting dalam pencapaian hasil yang optimal.
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam
keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya,
semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi
misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada di bawah siswa-siswa yang tidak
kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat
lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima
pelajaran. Demikian juga kondisi saraf pengontrol kesadaran dapat berpengaruh
pada proses dan hasil belajar. Misalnya seseorang yang minum minuman keras akan
kesulitan untuk melakukan proses belajar, karena saraf pengontrol kesadarannya
terganggu. Bahkan, perubahan tingkah laku akibat pengaruh minuman keras
tersebut, tidak bisa dikatakan perubahan tingkah laku hasil belajar.
Di samping kondisi-kondisi di
atas, merupakan hal penting juga memperhatikan kondisi pancaindera. Bahkan
dikatakan oleh Arsyad (2003116) panca indera merupakan pintu gerbang ilmu
pengetahuan (five sense are the golden
gate of knowledge). Artinya, kondisi pancaindera tersebut akan memberikan
pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan dan kelemahan
pancaindera dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah dalam
memilih dan menentukan jenis rangsangan atau stimuli dalam pembelajaran.
2.
Faktor psikologi
Faktor psikologi merupakan faktor yang bersumber dari alam dalam diri
manusia yang banyak berhubungan dengan kejiwaan. Adapun yang termasuk dalam
faktor psikologi yaitu : intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan daya
nalar.
(a)
Intelegensi
C.P. Chaplin (1993:253) mengartikan intelegensi sebagai (1) kemampuan
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan
efektif, (2) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, (3) kemampuan
memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali. Ketiga hal
tersebut merupakan satu kesatuan, tidak terpisahkan satu dengan lainnya.
Pemisahan tersebut hanya menekankan aspek-aspek yang berbeda dari sisi
prosesnya. Proses belajar merupakan proses yang kompleks, maka aspek
intelegensi ini tidak menjamin hasil belajar seseorang. Intelegensi hanya
sebuah potensi; artinya seseorang yang memiliki intelegensi tinggi mempunyai
peluang besar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
(b)
Perhatian.
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata
tertuju kepada suatu obyek ataupun sekumpulan obyek (Slameto, 2005:58). Untuk
dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada
oyek-obyek yang dapat menarik perhatian siswa, bila tidak, maka perhatian siswa
tidak akan terarah atau fokus pada obyek yang sedang dipelajarinya.
(c)
Minat dan
bakat.
Minat diartikan oleh Hilgard (Slameto, 1991:59) sebagai kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata setelah melalui belajar dan berlatih. Seseorang biasanya memiliki
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan bakatnya. Oleh karena itu,
beruntung sekali bagi seseorang yang menyadari bahwa dirinya mempunyai bakat di
bidang tertentu, karena ia akan terus mengembangkannya melalui latihan dan
belajar. Para guru hendaknya berusaha untuk dapat mengetahui minat dan bakat
para siswanya yang kemudian mampu juga untuk menumbuhkembangkannya.
(d)
Motif &
motivasi.
Kita sering menggunakan kata motif untuk menunjukkan tindakan atau
aktivitas seseorang. Contohnya, apa motif anak itu pergi ke sekolah ? mengapa
anak itu membaca buku, apa motifnya?, mengapa seorang siswa mengerjakan
pekerjaan rumahnya?, dan seterusnya. Kalau demikian, apa yang dimaksud dengan
motif. Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu (Sardiman AM, 2005:73).
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah segala bentuk pengaruh yang datang dari luar diri
manusia dan mempengaruhi kegiatan belajar seseorang.
Selanjutnya Hamalik (2001:33) menggolongkan faktor eksternal tersebut
sebagai berikut:
1.
Lingkungan sekolah
Hambatan terhadap kemajuan
belajar tidak hanya bersumber dari diri siswa sendiri, tetapi adakalanya
bersumber dari lingkungan sekolah. Sebab dalam permasalahan ini sudah tentu
menjadi tanggungjawab pendidikan yang bersangkutan, diantaranya adalah:
a)
cara memberikan pelajaran guru merupakan faktor yang
menentukan dalam kemajuan belajar di sekolah. Akan tetapi adakalanya di antara
para guru dalam memberikan pelayanannya dengan cara idaktif tanpa memperhatikan
apakah siswa mengerti apa yang disam[paikan tanpa memberikan kesempatana untuk
bertanya bagi siswa untuk mengemukakan pendapat, bicaranya kkurang jelas dan
sebagainya, sehingga kurang memperhatikan usaha-usaha peningkatan belajar dan
hasil siswa belajar.
b)
Kurangnya bahan bacaan; persediaan buku-buku yang
menunjang dalam belajar di perpustakaan sekolah akan dapat menyebabkan siswa
bergantung pada pelajaran yang diberikan oleh guru saja, sehingga hal-hal
tersebut menjadi kurang efisien dalam kegiatan belajar mengajar.
c)
Kurangnya alat-alat pelajaran; dalam bidang studi
tertentu yang disebut media pembelajaran guna menunjang berhasilnya hasil
belajar secara efektif dan efisien.
d)
Penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat, hal
inidapat menyebabakna kesulitan belajar bagi siswa. Seperti halnya volume bahan
pelajaran yang terlalu banyak dan berat bila dibandingkan dengan lokasi
waktunya (Oemar Hamalik, 2001: 120-121).
2.
Faktor keluarga
Seperti masalah kemampuan ekonomi, suasana rumah, masalah broken home, kesehatan orang tua yang
kurang baik, kurangnya kontrol oarang tua.
3.
Faktor lingkungan rumah atau keluarga
Lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama
dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan
faktor pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.
4.
Lingkungan masyarakat
Seperti aktif berorganisasi dan tidak mempunyai teman belajar bersama.
Selain dari faktor keluarga dan faktor sekolah, keberhasilan belajar siswa juga
dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat.
2.7 Ekosistem
Ekosistem merupakan kesatuan
struktural dan fungsional antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dibentuk
oleh kumpulan berbagai macam makhluk hidup beserta benda-benda tak hidup. Semua
makhluk hidup yang menyusun suatu ekosistem disebut komponen biotik.
Sedangkan benda-benda tak hidup dalam suatu ekosistem disebut komponen abiotik.
Di dalam ekosistem, komponen abiotik dan komponen biotik saling mempengaruhi.
a.
Komponen Biotik
Komponen biotik suatu ekosistem
meliputi berbagai jenis makhluk hidup. Berdasarkan fungsi atau tingkatan trofiknya,
komponen biotik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu produsen, konsumen,
dan dekomposer (pengurai). Produsen adalah makhluk hidup yang dapat
menghasilkan makanan sendiri, yaitu tumbuhan. Tumbuhan dapat membuat makanan sendiri
melalui proses fotosintesis. Energi yang digunakan dalam fotosintesis
diperoleh dari energi matahari, sehingga matahari merupakan sumber energi utama
bagi kehidupan di bumi. Bakteri yang hidup di lautan dalam dapat mengambil
energi dari bahan-bahan kimia yang ada di sekitarnya untuk melakukan kemosintesis.
Proses fotosintesis dan
kemosintesis menghasilkan gula sederhana. Gula sederhana ini digunakan untuk
menyusun komponen-komponen sel, menghasilkan energi, dan sebagian digunakan
sebagai cadangan makanan. Bila produsen dimakan oleh makhluk hidup lain, maka
terjadi perpindahan makanan dari produsen ke hewan tersebut. Jadi hanya
produsen yang dapat membuat makanan sendiri dan dikatakan bersifat autotrof.
Konsumen memperoleh
energi dari bahan makanan yang dibuat oleh produsen. Karena tidak dapat membuat
makanan sendiri dan selalu bergantung pada makhluk hidup lain, maka konsumen
bersifat heterotrof.
Organisme yang memakan produsen
(hewan herbivora) disebut konsumen pertama. Organisme yang memakan hewan
herbivora (hewan karnivora) disebut konsumen kedua. Organisme yang
memakan konsumen kedua disebut konsumen ketiga, dan seterusnya. Pengurai
atau dekomposer adalah organisme yang berperan sebagai pengurai
zat-zat yang terdapat dalam makhluk hidup yang sudah mati. Jadi dekomposer menguraikan
zat organik menjadi bahan anorganik kembali yang dapat dimanfaatkan kembali
oleh produsen. Contoh dekomposer dalam ekosistem adalah bakteri dan jamur
saprofit. Dalam ekosistem, setiap jenis makhluk hidup memerlukan tempat atau
lingkungan yang sesuai untuk kehidupannya.
Tempat yang sesuai bagi makhluk
hidup untuk melakukan aktivitas hidupnya disebut habitat. Habitat
menyediakan makanan dan tempat berlindung bagi makhluk hidup. Setiap jenis
makhluk hidup mempunyai peranan atau pekerjaan tertentu dalam ekosistem.
Peranan makhluk hidup pada suatu ekosistem disebut nisia. Nisia
berkaitan dengan jenis makanan, cara mencari makan, dan waktu mencari makan. Misalnya
di suatu hutan terdapat kelelawar yang hidup dengan memakan buah-buahan di
malam hari dan burung hantu yang memakan tikus atau hewan kecil lainnya di
waktu yang sama. Dengan demikian nisia kelelawar dan burung hantu berbeda meskipun
mereka tinggal di habitat yang sama dan mencari makan ada waktu yang sama pula.
b.
Komponen Abiotik
Komponen abiotik menyediakan
tempat hidup, makanan, dan kondisi yang diperlukan oleh komponen biotik,
sehingga kom-posisi komponen abiotik sangat memengaruhi jenis komponen biotik
yang dapat hidup. Komponen abiotik yang memengaruhi komponen biotik dalam suatu
ekosistem antara lain air, tanah, suhu, cahaya matahari, udara, kelembapan, dan
keasaman (pH).
1.
Air
Air sangat penting bagi makhluk
hidup. Air berfungsi sebagai pelarut zat-zat dalam tubuh, sistem pengangkut,
dan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Keberadaan air
pada suatu ekosistem sangat memengaruhi jenis makhluk hidup yang dapat hidup.
Contohnya adalah daerah gurun yang kandungan airnya sedikit mempunyai jenis
hewan dan tumbuhan yang sangat berbeda dengan daerah hutan hujan tropis. Hewan
dan tumbuhan juga beradaptasi untuk menyesuaikan dengan keadaan air di lingkungannya.
Contohnya kaktus yang hidup di gurun pasir daunnya mengalami modifikasi menjadi
duri untuk mengurangi penguapan.
2.
Tanah
Tanah merupakan salah satu
komponen abiotik yang sangat penting bagi kehidupan. Keadaan tanah menentukan
jenis tumbuhan yang dapat hidup dan jenis-jenis tumbuhan akan menentukan
jenis-jenis hewan yang dapat hidup.
3.
Suhu
Makhluk hidup membutuhkan suhu
yang sesuai agar dapat bertahan hidup. Suhu memengaruhi reaksi biokimiawi di dalam
tubuh. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan
pada reaksi-reaksi biokimiawi di dalam tubuh, sehingga aktivitasnya terganggu.
Oleh karena itu setiap makhluk hidup memerlukan suhu optimum untuk
pertumbuhan dan perkembangannya.
4.
Cahaya Matahari
Cahaya matahari diperlukan untuk
proses fotosintesis tumbuhan hijau. Selain itu cahaya matahari juga memengaruhi
suhu bumi menjadi sesuai untuk kehidupan berbagai makhluk hidup. Oleh karena
itu kamu akan menjumpai bentuk kehidupan yang berbeda pada daerah yang banyak
mendapat cahaya matahari (daerah tropis) dibandingkan daerah yang sedikit
mendapat cahaya matahari (daerah kutub). Coba, sebutkan hewan dan tumbuhan yang
hidup di kedua daerah tersebut.
5.
Udara
Udara merupakan campuran berbagai
macam gas, misalnya nitrogen, oksigen, karbon dioksida, dan karbon monoksida.
Oksigen diperlukan oleh makhluk hidup untuk respirasi. Sedangkan karbon
dioksida diperlukan tumbuhan hijau dalam proses fotosintesis.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan jenis
penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu efektivitas penggunaan
media pembelajaran terhadap prestasi belajar materi ekosistem siswa kelas VII SMP
Negeri 2.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 yang
berjumlah 240 orang.
Mengingat jumlah populasinya yang besar, maka sampel diambil sebagiannya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:82) yang menyatakan: “apabila
populasi kurang dari 100 orang maka dapat diambil keseluruhannya, dan
penelitian itu menjadi penelitian populasi, sedangkan jika populasi lebih dari
100 orang maka dapat diambil 10-15%, 20-25% atau 50%”. Sampel dalam penelitian
ini adalah siswa kelas VIIa yang berjumlah 34 orang.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data
yang diperlukan bagi penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik
penggalian data melalui instrumennya yaitu lembaran tes hasil belajar. Penulis
akan memberikan tes sebelum dan sesudah melaksanakan proses belajar mengajar di
kelas sampel.
3.4 Teknik Analisis Data
Setelah data-data yang diperlukan dalam penelitian terkumpul, maka
penulis juga menggunakan uji beda dengan rumus:
Keterangan : = Beda rata-rata antara nilai pre test dan post
test
SB = Simpangan baku
n =
Jumlah sampel siswa (Sudjana, 2000 : 242)
0 komentar:
Posting Komentar