Rabu, 18 Maret 2015

Contoh Skripsi Biologi SMP

Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Siswa 
Kelas VII SMP Negeri 2 pada Materi Ekosistem

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah upaya untuk memanusiakan manusia. Sekolah adalah kelanjutan dari pendidikan di dalam keluarga yang merupakan proses pendidikan paling utama dan alamiah. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu memberi kondisi mendidik yang dapat mengembangkan pribadi, sikap, cara berfikir, cara menyikap permasalahan, dan dapat memecahkan masalah secara metodologis. Pendidikan adalah investasi masa depan. Pendidikan sains mempunyai potensi besar untuk memainkan  peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi.
                    
Pendidikan sains  (IPA)  menekankan pada pemberian pengalaman lansung dan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu mejelajahi dan memahami alam semesta secara ilmiah. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Djamarah (1994:21) bahwa “prestasi adalah hasil dari sebuah kegiatan yang dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu”.

Dari kutipan yang telah dikemukakan di atas jelaslah bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar sangat berhubungan dengan kegiatan yang dikerjakan. Rendahnya prestasi belajar siswa diduga kuat akibat motivasi, minat dan aktifitas siswa dalam proses pembalajaran sangat rendah. Sehingga terlihat siswa tidak pernah siap untuk menerima materi pembalajaran setiap pertemuan sehingga suasana kelas cenderung pasif, sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru meskipun materi yang diajarkan belum dapat dipahami. Oleh sebab itu diperlukan suatu metode, sarana dan prasarana untuk memfasilitasi berlangsungnya proses pembelajaran yang diajarkan dengan baik dan menyenangkan yaitu dengan adanya media di setiap proses belajar dan mengajar. Hamijaya yang dikutip oleh Rohani, HM. (1997:2) mengemukakan bahwa media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima.
Efektivitas sendiri secara harfiah diartikan sebagai pengaruh dan mempunyai daya guna seta membawa hasil. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tepat guna (KBBI, 2005:777). Sedangkan Mulyasa (2004:25) mengemukakan bahwa efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan. Jadi efektivitas adalah suatu hal yang dikenakan dengan waktu yang cepat dan tepat kegunaannya, sedangkan efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketepatan penggunaan metode belajar pendidikan sains.
Tetapi masalahnya sampai saat ini masih ada guru yang enggan menggunakan media dalam mengajar. Media merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Di samping mampu menggunakan alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat membuat media. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran. Berdasarkan observasi penulis di lapangan, penggunaan media pembelajaran di kelas VII SMP Negeri 2 tidak berjalan dengan baik.
Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 pada Materi Ekosistem”.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimakah efektivitas penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 pada materi ekosistem?

1.3  Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penggunaan media dalam meningkatkan pembelajaran Sains

1.4  Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa dan guru.
1.4.1.      Meningkatkan prestasi dan hasil belajar dengan menggunakan media pembelajaran.
1.4.2.      Dapat meningkatkan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media secara efektif.


1.5  Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan media pembelajaran sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa VII SMP Negeri 2.

1.6  Definisi Istilah
1.6.1.      Efektivitas
Efektivitas adalah pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan
1.6.2.      Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik
1.6.3.      Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah pengusaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya.
1.6.4.      SMP Negeri 2
SMP Negeri 2 adalah sebuah Sekolah Tingkat Menengah Pertama yang terletak di kecamatan XYZ.


BAB II
LANDASAN TEORETIS

2.1    Efektivitas
Efektivitas secara harfiah diartikan sebagai pengaruh dan mempunyai daya guna serta membawa hasil. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tepat guna (KBBI, 2005:77).
Menurut Mulyasa (2004:25) efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan.
Hidayat (1996:23) menyatakan efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target telah tercapai (kuantitas, kualitas dan waktu). Sedangkan Saksono (1994:31) menyatakan efektivitas adalah seberapa besar besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input.
Jadi efektivitas adalah suatu hal yang dikenakan dengan waktu yang cepat dan tepat kegunaannya, sedangkan efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini  adalah ketepatan penggunaan metode belajar sains.

2.2    Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Ada beberapa definisi media pembelajaran. Hendriana (2008:12) mengemukakan bahwa “Media secara harfiah yang berarti perantara sumber pesan dengan penerima pesan”. Sardiman (2003:6) menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”.
Sementara Briggs dalam Sardiman (2003:6) berpendapat bahwa “media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”. Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2010:3) menyebutkan bahwa “media dalam pembelajaran adalah alat-alat grafik, foto grafik, elektronik atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses dan memperjelas informasi lisan atau pandangan.”
Berdasarkan pendapat Gerlach dan Ely tersebut, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan memperjelas informasi yang disampaikan. Susilana dan Riyana (2008:6) mengungkapkan media pembelajaran adalah:
1)      Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
2)      Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku. Film, video, slide, dan sebagainya.
3)       Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya
Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke-20  usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembalajaran menjadi semakin luas interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut multimedia.
Ada 5 fungsi pokok dari media dalam proses belajar-mengajar yang dikemukakan oleh Sudjana (2002:99 – 100) :
(1) Penggunaan media dalam proses belajar-mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mampunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujukan situasi belajar yang efektif. (2) Penggunaan media merupakan bagian yang internal dari keseluruhan situasi mengajar. (3) Media dalam pengajaran penggunaannya internal dengan tujuan dan isi pelajaran dan (4) Media dalam pengajaran bukan semata-mata hiburan atau sekedar pelengkap. Media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar-mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan oleh guru.

2.3    Manfaat Media Pembelajaran
Dale dalam Arsyad (2002:23) mengemukakan manfaat media pembelajaran adalah :
(1) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas. (2) Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa. (3) Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar. (4) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa. (5) Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa. (6) Melibatkan imajinasi dan partisipasi siswa aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar siswa. (7) Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak yang telah mereka pelajari. (8) Melengkapi pengalaman yang kaya dengan konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan. (9) Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat dan (10) Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Sudjana dan Rivai (2002:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam perilaku siswa, yaitu :
1)      Pelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
2)      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran
3)      Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran
4)      Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

Pendapat lainnya dari Hamalik (1994:15) mengatakan manfaat media pembelajaran sebagai berikut :
1)      Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme
2)      Memperbesar perhatian siswa
3)      Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap
4)      Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa
5)      Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu terutama melalui gambar hidup
6)      Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa
7)      Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efesiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1)      Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar
2)      Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3)      Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
4)      Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa di lingkungan mereka, setta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungan misalnya melalui karyawisata, dan kunjungan-kunjungan ke museum.
2.4    Macam-macam Media Pembelajaran
Klasifikasi media berdasarkan adanya tiga ciri yaitu suara (audio), bentuk (visual), dan gerak (motion) diantaranya seperti di bawah ini:
2.4.1        Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan objek dapat dilihat. Media semacam ini paling lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah televisi, video tape, dan film bergerak.
2.4.2        Media audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara, objeknya dapat dilihat namun, tidak ada gerakan seperti film stirp bersuara, slide bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tidak bergerak (television still recordings).
2.4.3        Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan namun tidak dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari media jenis ini adalah papan tulis jarak jauh dan tele blackboard.
2.4.4        Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek gerak, tapi tanpa mengeluarkan suara seperti film bisu yang bergerak.
2.4.5        Media still-visual, yakni ada objek namun tidak ada gerakan seperti film strip dan slide tanpa suara.
2.4.6        Media audio, hanya menggunakan suara seperti radio, telepon, dan audio tape.
2.4.7         Media cetak yang ditampilkan dalam bentuk bahan tercetak atau tertulis seperti buku, modul, dan pamplet (Brets dalam Ayip,2003:16).




2.5    Pembelajaran Sains di SMP
            Prinsip pembelajaran sains di SMP merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran, yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan mata pelajaran sains yang diajarkan untuk meningkatan pembelajaran di sekolah dasar. Adapun pembelajaran prinsip pembelajaran sains di SMP, seperti prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing), prinsip belajar sambil bermain, prinsip hubungan sosial.
2.5.1        Prinsip motivasi : motivasi adalah daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Motivasi ada yang berasal dari dalam atau intrinsik dan yang timbul akibat rangsangan dari luar atau ekstrinsik. Motivasi intrinsik akan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, mandiri dan ingin maju.
2.5.2        Prinsip latar : pada hakekatnya siswa telah memiliki pengetahun awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu mengetahui pengetahuan, keterampilan dan pengalaman, apa yang telah dimiliki siswa sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari suatu kekosongan.
2.5.3        Prinsip menemukan : pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga potensial untuk mencari guna menemukan sesuatu. Oleh karena itu bila diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi tersebut siswa akan merasa senang atau tidak bosan.
2.5.4        Prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing) : Pengalaman yang diperoleh melalui bekerja merupak hasil kerja yang tidak mudah terlupakan. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar sebaiknya siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan atau “Learning by doing”.
2.5.5        Prinsip belajar sambil bermain : bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan., sehingga akan dapat mendorong siswa untuk dapat melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan lewat kegiatan bermain yang kreatif.
2.5.6        Prinsip hubungan sosial : dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok. Dari kegiatan kelompok siswa tahu kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerja sama dengan orang lain.
Dari prinsip-prinsip tersebut di atas nampak bahwa semuanya dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang penerapan prinsip-prinsip tersebut diatas guru dalam mengelola pembelajaran perlu :
a.       Menyajikan kegiatan yang beragam sehingga tidak membuat siswa jenuh.
b.      Menggunakan sumber belajar yang bervariasi, disamping buku acuan.
c.       Sesekali dapat bekerjasama dengan masyarakat, kantor-kantor, bank, dll sebagai sumber informasi yang terkait dengan praktek kehidupan  sehari-hari.
d.      Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena belajar akan bermakna apabila berhubungan langsung pada permasalahan lingkungan sekitar siswa.
e.       Kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran atau dapat menolong proses pemikiran siswa dalam membangun pengetahuannya.
f.       Menciptakan suasana kelas yang menarik, misalnya pajangan hasil karya siswa dan benda-benda lain, peraga yang mendukung proses pembelajaran.
Beberapa kelemahan pembelajaran sains selama ini antara lain kurikulum dan pembelajaran sains yang diterapkan saat ini merupakan pembelajaran yang berorientasi pada disiplin ilmu (Mackinnu,1996). Materi yang diajarkan kepada peserta didik lebih bersifat abstrak dan jauh dari pengalaman peserta didik. Materi yang diajarkan peserta didik pada dasarnya merupakan materi yang dipersiapkan untuk mengikuti pelajaran pada tahap berikutnya, konsekuensi dari hal ini adalah timbulnya kerugian bagi peserta didik yang tidak mengikuti salah satu tahap tersebut (dalam arti tidak meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi lagi); metode pembelajaran yang digunakan sekarang masih mengandalkan ceramah yang kadang kala disertai dengan percobaan verifikasi media yang sudah jadi dan bahkan tidak menggunakan media yang tersedia. Dalam hal ini sebagian guru tidak memperhatikan dan mengefektifitaskan media dalam pembelajaran. Akibatnya peserta didik hanya pasif dan sulit untuk berkembang apalagi sampai pada tingkat mental dan emosionalnya.
 Keterkaitan antara konsep dan teori dengan aplikasi pengalaman kehidupan sehari-hari sangat minim. Hal ini menyebabkan cara pikir peserta didik menjadi rendah daya pemahamannya terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, pembelajaran sains saat ini masih sangat jauh dari peningkatan kreativitas dan keterampilan proses sains. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, saat ini tidak atau belum memberi kesempatan yang maksimal kepada pesertsa didik untuk mengembangkan kreativitasnya. Dengan kata lain, pembelajaran sains masih (teacher centre learning). Guru mengajar dengan gaya yang selalu memaksa peserta didik untuk menghafal berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep tersebut. Umumnya guru beranggapan bahwa mengajar itu suatu kegiatan menjelaskan dan menyampaikan informasi tentang konsep-konsep. Jika penyampaian informasi telah disampaikan, berarti kegiatan belajar mengajar telah selesai. Padahal, pemahaman konsep yang terjadi pada peserta didik adalah hasil bentukan peserta didik sendiri, bukan sebagai hasil transfer informasi dari guru.

2.6    Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responnya menjadi menurun. Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar” prestasi berarti hasil yang telah dicapai (Depdikbud, 1995:787). Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang belajar, yaitu:
1.      Menurut Logan dalam Tjundjing (2001:70) “belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan”.
2.      Winkel (1997:193) berpendapat bahwa “belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”.
3.      Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa “belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu”.
4.      Mudzakir (1997:34) berpendapat bahwa “belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya”.
Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach dalam Suryabrata (1998:231) “Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Syah, 2000:116) antara lain:
1.      Perubahan intensional
Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.
2.      Perubahan positif dan aktif
Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.
3.      Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.
Sedangkan pengertian prestasi menurut beberapa ahli lain yaitu :
1.      Prestasi merupakan hasil yang dicapai dari apa yang dikerjakan atas yang sudah diusahakan, sedangkan belajar merupakan perbuatan untuk memperoleh kebiasaan ilmu pengetahuan dan berbagai sikap. Hal ini termasuk penemuan cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu, dan hal itu terjadi pada usaha-usaha individu dalam memecahkan rintangan-rintangan atau untuk penyesuaian terhadap situasi yang baru. Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi (Tu`u, 2003:75).
2.      Winkel (1997:168) berpendapat bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
3.      Marsun dan Martaniah dalam Tjundjing (2000:71) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
4.      Ratnawati (1996:206) yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah.
Prestasi belajar sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ. Dalam menciptakan kondisi belajar yang optimal hingga siswa belajar dengan baik dan menyebabkan hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a.      Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang sumbernya berasal dari individu itu sendiri, baik yang berkenaan dengan rohani maupun dengan jasmani. Faktor internal ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1.     Faktor fisiologis
Faktor fisiologi adalah faktor yang berhubungan dengan jasmani seseorang, terutama tentang fungsi alat-alat indra karena panca indra merupakan bagian dari jasmani seseorang yang sangat penting dalam pencapaian hasil yang optimal.
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada di bawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran. Demikian juga kondisi saraf pengontrol kesadaran dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Misalnya seseorang yang minum minuman keras akan kesulitan untuk melakukan proses belajar, karena saraf pengontrol kesadarannya terganggu. Bahkan, perubahan tingkah laku akibat pengaruh minuman keras tersebut, tidak bisa dikatakan perubahan tingkah laku hasil belajar.
Di samping kondisi-kondisi  di atas, merupakan hal penting juga memperhatikan kondisi pancaindera. Bahkan dikatakan oleh Arsyad (2003116) panca indera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five sense are the golden gate of knowledge). Artinya, kondisi pancaindera tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan dan kelemahan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan atau stimuli dalam pembelajaran.
2.     Faktor psikologi
Faktor psikologi merupakan faktor yang bersumber dari alam dalam diri manusia yang banyak berhubungan dengan kejiwaan. Adapun yang termasuk dalam faktor psikologi yaitu : intelegensi, perhatian, minat dan bakat,  motif dan motivasi, dan kognitif dan daya nalar.

(a)    Intelegensi
C.P. Chaplin (1993:253) mengartikan intelegensi sebagai (1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, (2) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, (3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan, tidak terpisahkan satu dengan lainnya. Pemisahan tersebut hanya menekankan aspek-aspek yang berbeda dari sisi prosesnya. Proses belajar merupakan proses yang kompleks, maka aspek intelegensi ini tidak menjamin hasil belajar seseorang. Intelegensi hanya sebuah potensi; artinya seseorang yang memiliki intelegensi tinggi mempunyai peluang besar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
(b)   Perhatian.
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju kepada suatu obyek ataupun sekumpulan obyek (Slameto, 2005:58). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada oyek-obyek yang dapat menarik perhatian siswa, bila tidak, maka perhatian siswa tidak akan terarah atau fokus pada obyek yang sedang dipelajarinya.
(c)    Minat dan bakat.
Minat diartikan oleh Hilgard (Slameto, 1991:59) sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata setelah melalui belajar dan berlatih. Seseorang biasanya memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan bakatnya. Oleh karena itu, beruntung sekali bagi seseorang yang menyadari bahwa dirinya mempunyai bakat di bidang tertentu, karena ia akan terus mengembangkannya melalui latihan dan belajar. Para guru hendaknya berusaha untuk dapat mengetahui minat dan bakat para siswanya yang kemudian mampu juga untuk menumbuhkembangkannya.
(d)   Motif & motivasi.
Kita sering menggunakan kata motif untuk menunjukkan tindakan atau aktivitas seseorang. Contohnya, apa motif anak itu pergi ke sekolah ? mengapa anak itu membaca buku, apa motifnya?, mengapa seorang siswa mengerjakan pekerjaan rumahnya?, dan seterusnya. Kalau demikian, apa yang dimaksud dengan motif. Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman AM, 2005:73).

b.      Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah segala bentuk pengaruh yang datang dari luar diri manusia dan mempengaruhi kegiatan belajar seseorang.
Selanjutnya Hamalik (2001:33) menggolongkan faktor eksternal tersebut sebagai berikut:


1.     Lingkungan sekolah
Hambatan terhadap kemajuan belajar tidak hanya bersumber dari diri siswa sendiri, tetapi adakalanya bersumber dari lingkungan sekolah. Sebab dalam permasalahan ini sudah tentu menjadi tanggungjawab pendidikan yang bersangkutan, diantaranya adalah:
a)      cara memberikan pelajaran guru merupakan faktor yang menentukan dalam kemajuan belajar di sekolah. Akan tetapi adakalanya di antara para guru dalam memberikan pelayanannya dengan cara idaktif tanpa memperhatikan apakah siswa mengerti apa yang disam[paikan tanpa memberikan kesempatana untuk bertanya bagi siswa untuk mengemukakan pendapat, bicaranya kkurang jelas dan sebagainya, sehingga kurang memperhatikan usaha-usaha peningkatan belajar dan hasil siswa belajar.
b)      Kurangnya bahan bacaan; persediaan buku-buku yang menunjang dalam belajar di perpustakaan sekolah akan dapat menyebabkan siswa bergantung pada pelajaran yang diberikan oleh guru saja, sehingga hal-hal tersebut menjadi kurang efisien dalam kegiatan belajar mengajar.
c)      Kurangnya alat-alat pelajaran; dalam bidang studi tertentu yang disebut media pembelajaran guna menunjang berhasilnya hasil belajar secara efektif dan efisien.
d)     Penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat, hal inidapat menyebabakna kesulitan belajar bagi siswa. Seperti halnya volume bahan pelajaran yang terlalu banyak dan berat bila dibandingkan dengan lokasi waktunya (Oemar Hamalik, 2001: 120-121).
2.     Faktor keluarga
Seperti masalah kemampuan ekonomi, suasana rumah, masalah broken home, kesehatan orang tua yang kurang baik, kurangnya kontrol oarang tua.
3.     Faktor lingkungan  rumah atau keluarga
Lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.
4.     Lingkungan masyarakat
Seperti aktif berorganisasi dan tidak mempunyai teman belajar bersama. Selain dari faktor keluarga dan faktor sekolah, keberhasilan belajar siswa juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat.

2.7    Ekosistem
Ekosistem merupakan kesatuan struktural dan fungsional antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dibentuk oleh kumpulan berbagai macam makhluk hidup beserta benda-benda tak hidup. Semua makhluk hidup yang menyusun suatu ekosistem disebut komponen biotik. Sedangkan benda-benda tak hidup dalam suatu ekosistem disebut komponen abiotik. Di dalam ekosistem, komponen abiotik dan komponen biotik saling mempengaruhi.


a.       Komponen Biotik
Komponen biotik suatu ekosistem meliputi berbagai jenis makhluk hidup. Berdasarkan fungsi atau tingkatan trofiknya, komponen biotik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer (pengurai). Produsen adalah makhluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendiri, yaitu tumbuhan. Tumbuhan dapat membuat makanan sendiri melalui proses fotosintesis. Energi yang digunakan dalam fotosintesis diperoleh dari energi matahari, sehingga matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi. Bakteri yang hidup di lautan dalam dapat mengambil energi dari bahan-bahan kimia yang ada di sekitarnya untuk melakukan kemosintesis.
Proses fotosintesis dan kemosintesis menghasilkan gula sederhana. Gula sederhana ini digunakan untuk menyusun komponen-komponen sel, menghasilkan energi, dan sebagian digunakan sebagai cadangan makanan. Bila produsen dimakan oleh makhluk hidup lain, maka terjadi perpindahan makanan dari produsen ke hewan tersebut. Jadi hanya produsen yang dapat membuat makanan sendiri dan dikatakan bersifat autotrof. Konsumen memperoleh energi dari bahan makanan yang dibuat oleh produsen. Karena tidak dapat membuat makanan sendiri dan selalu bergantung pada makhluk hidup lain, maka konsumen bersifat heterotrof.
Organisme yang memakan produsen (hewan herbivora) disebut konsumen pertama. Organisme yang memakan hewan herbivora (hewan karnivora) disebut konsumen kedua. Organisme yang memakan konsumen kedua disebut konsumen ketiga, dan seterusnya. Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang berperan sebagai pengurai zat-zat yang terdapat dalam makhluk hidup yang sudah mati. Jadi dekomposer menguraikan zat organik menjadi bahan anorganik kembali yang dapat dimanfaatkan kembali oleh produsen. Contoh dekomposer dalam ekosistem adalah bakteri dan jamur saprofit. Dalam ekosistem, setiap jenis makhluk hidup memerlukan tempat atau lingkungan yang sesuai untuk kehidupannya.
Tempat yang sesuai bagi makhluk hidup untuk melakukan aktivitas hidupnya disebut habitat. Habitat menyediakan makanan dan tempat berlindung bagi makhluk hidup. Setiap jenis makhluk hidup mempunyai peranan atau pekerjaan tertentu dalam ekosistem. Peranan makhluk hidup pada suatu ekosistem disebut nisia. Nisia berkaitan dengan jenis makanan, cara mencari makan, dan waktu mencari makan. Misalnya di suatu hutan terdapat kelelawar yang hidup dengan memakan buah-buahan di malam hari dan burung hantu yang memakan tikus atau hewan kecil lainnya di waktu yang sama. Dengan demikian nisia kelelawar dan burung hantu berbeda meskipun mereka tinggal di habitat yang sama dan mencari makan ada waktu yang sama pula.

b.      Komponen Abiotik
Komponen abiotik menyediakan tempat hidup, makanan, dan kondisi yang diperlukan oleh komponen biotik, sehingga kom-posisi komponen abiotik sangat memengaruhi jenis komponen biotik yang dapat hidup. Komponen abiotik yang memengaruhi komponen biotik dalam suatu ekosistem antara lain air, tanah, suhu, cahaya matahari, udara, kelembapan, dan keasaman (pH).
1.      Air
Air sangat penting bagi makhluk hidup. Air berfungsi sebagai pelarut zat-zat dalam tubuh, sistem pengangkut, dan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Keberadaan air pada suatu ekosistem sangat memengaruhi jenis makhluk hidup yang dapat hidup. Contohnya adalah daerah gurun yang kandungan airnya sedikit mempunyai jenis hewan dan tumbuhan yang sangat berbeda dengan daerah hutan hujan tropis. Hewan dan tumbuhan juga beradaptasi untuk menyesuaikan dengan keadaan air di lingkungannya. Contohnya kaktus yang hidup di gurun pasir daunnya mengalami modifikasi menjadi duri untuk mengurangi penguapan.
2.      Tanah
Tanah merupakan salah satu komponen abiotik yang sangat penting bagi kehidupan. Keadaan tanah menentukan jenis tumbuhan yang dapat hidup dan jenis-jenis tumbuhan akan menentukan jenis-jenis hewan yang dapat hidup.
3.      Suhu
Makhluk hidup membutuhkan suhu yang sesuai agar dapat bertahan hidup. Suhu memengaruhi reaksi biokimiawi di dalam tubuh. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan pada reaksi-reaksi biokimiawi di dalam tubuh, sehingga aktivitasnya terganggu. Oleh karena itu setiap makhluk hidup memerlukan suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
4.      Cahaya Matahari
Cahaya matahari diperlukan untuk proses fotosintesis tumbuhan hijau. Selain itu cahaya matahari juga memengaruhi suhu bumi menjadi sesuai untuk kehidupan berbagai makhluk hidup. Oleh karena itu kamu akan menjumpai bentuk kehidupan yang berbeda pada daerah yang banyak mendapat cahaya matahari (daerah tropis) dibandingkan daerah yang sedikit mendapat cahaya matahari (daerah kutub). Coba, sebutkan hewan dan tumbuhan yang hidup di kedua daerah tersebut.
5.      Udara
Udara merupakan campuran berbagai macam gas, misalnya nitrogen, oksigen, karbon dioksida, dan karbon monoksida. Oksigen diperlukan oleh makhluk hidup untuk respirasi. Sedangkan karbon dioksida diperlukan tumbuhan hijau dalam proses fotosintesis.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu efektivitas penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi belajar materi ekosistem siswa kelas VII SMP Negeri 2.

3.2  Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 yang berjumlah 240 orang. 
Mengingat jumlah populasinya yang besar, maka sampel diambil sebagiannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:82) yang menyatakan: “apabila populasi kurang dari 100 orang maka dapat diambil keseluruhannya, dan penelitian itu menjadi penelitian populasi, sedangkan jika populasi lebih dari 100 orang maka dapat diambil 10-15%, 20-25% atau 50%”. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIa yang berjumlah 34 orang.

3.3  Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan bagi penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik penggalian data melalui instrumennya yaitu lembaran tes hasil belajar. Penulis akan memberikan tes sebelum dan sesudah melaksanakan proses belajar mengajar di kelas sampel.

3.4  Teknik Analisis Data
Setelah data-data yang diperlukan dalam penelitian terkumpul, maka penulis juga menggunakan uji beda dengan rumus:
 
Keterangan :            =  Beda rata-rata antara nilai pre test dan post test
                        SB         =  Simpangan baku
                        n          =  Jumlah sampel siswa (Sudjana, 2000 : 242)

0 komentar:

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net